Sobat Tenun, daerah di pulau Jawa yang menghasilkan
akar wangi adalah daerah Garut (Jawa Barat) dan daerah Wonosobo (Jawa
Tengah). Tanaman tersebut diusahakan oleh rakyat dengan luas tanah
sekitar satu hektar atau lebih, dan ada yang mencapai 20 hektar setiap
petani. Di samping itu, tanaman akar wangi diusahakan sebagai tanaman
sela di perkebunan.
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan akar
wangi adalah tanah yang berpasir, atau tanah ab vulaknik. Pada tanah
tersebut, akar dengan mudah dicabut tanpa ada yang tertinggal.
Penanamannya kurang baik di atas tanah yang padat, keras dan berlempung
karena akarnya sulit dicabut, dan menghasilkan akar dengan rendemen
minyak yang rendah. Tanah vulkanik muda terdapat pada lereng-lereng
pegunungan, dengan ketinggian sekitar 5000 kaki di atas permukaan laut.
Tanaman akar wangi Jawa (Andropogon muricatus Rozt) termasuk tanaman akar wangi tidak berbunga. Menurut penelitian yang dilakukan di Botenzorg (sekarang Bogor), akar wangi tidak boleh ditanam di tempat yang teduh, karena akan menyebabkan pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan sistim akar. Di pulau Jawa, tanaman akar wangi sering ditanam secara tumpangsari dan jarang dilakukan penanaman kembali (peremajaan) pada tempat yang sama. Satu hektar tanaman akar wangi menghasilkan 1000 kg akar kering udara. Jumlah tersebut bervariasi, dan tergantung dari jenis tanah dan kondisi lingkungan, kadang-kadang jenis cendawan tertentu tumbuh dalam akar yang merusak tanaman dan menurunkan produksi akar.
Cara Budidaya :
a. Penyiapan Lahan dan Penanaman
Lahan
untuk pertanaman akar wangi hendaknya bersih dari gulma. Jika sudah
bersih, tanah dibuat lubang tanam (20x20x20)cm. Jarak tanam tergantung
kesuburan dan kemiringan tanah. Pada kemiringan 15-30%, jarak tanam
berkisar antara (60×20)-(50×100)cm. Dua minggu sebelum tanam, lubang
diisi pupuk kandang/kompos sebanyak 2 kg/lubang. Kedalaman tanam tidak
lebih dari 4 cm, karena akan mengurangi prosentase tumbuh tanaman.
b. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan paling lambat 2
minggu setelah tanam. Tanaman yang tidak tumbuh biasanya terlihat pada
umur 1-2 minggu setelah tanam, terutama bila ditanam berupa bibit
sobekan dari bonggol yang ditanam langsung atau anakan tanpa akar.
Khususnya di Indonesia, akar wangi yang
baru dipanen, harus di cuci di sungai atau dipancuran, kemudian dijemur
langsung dibawah sinar matahari atau diangin-anginkan pada tempat yang
agak teduh. Bila ditujukan pada ekspor, maka akar kering dipres dan
diikat sehingga berbentuk bundel dan berat setiap bundel sekitar 100 kg,
kemudian dikemas dalam keranjang. Petani penanam menjual akar wangi
trsebut kepada pedagang perantara.
Pada musim kemarau, penyiraman diperlukan setiap hari selama 2 minggu, sampai akar-akar baru tumbuh dan menempel ke tanah.
Pemupukan
Petani di Garut umumnya tidak melakukan pemupukan pada tanamannya, kecuali jika ditumpangsarikan dengan sayuran.
Pemangkasan
Sama halnya dengan pemupukan, pemangkasan biasanya dilakukan pada tanaman yang ditumpangsarikan dengan tanaman sayuran.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Hama dan penyakit pada akar wangi belum menjadi masalah yang penting, sehingga pengendaliannya jarang dilakukan.
c. Penanganan Pasca Panen :
Waktu pemanenan tergantung pada musim.
Bila areal yang sama akan ditanami kembali, maka pemanenan harus
dilakukan pada musim hujan, agar dapat tumbuh dengan baik. Akar wangi
yang diperoleh dari petani berupa akar kering panen yang masih
mengandung bonggol dan tanah yang menempel. Sebelum penyulingan,
biasanya akar wangi dikeringkan dan dibersihkan terlebih dahulu untuk
meningkatkan rendemen dan mutu minyak akar wangi yang dihasilkan.
Pemotongan Bonggol
Bonggol dapat dipotong dengan alat pemotong secara manual dengan golok atau dengan menggunakan mesin pemotong (perajang).
Pencucian Akar
Akar tanpa bonggol dicuci dalam air
(dalam air mengalir) sambil dikibaskan/dikeprik sampai semua tanah yang
menempel terlepas dari akar. Air yang menempel pada akar juga dikibaskan
atau ditiriskan hingga siap dijemur.
Penjemuran Akar
Pengeringan dilakukan di atas lantai
penjemur yang diberi alas tikar, atau bambu anyam dengan ketebalan 20-30
cm. Penjemuran dilakukan dari jam 09.00-14.00 dan dibolak-balik
sebanyak 2-3 kali selama kurang lebih 2 hari. Penjemuran telah selesai
jika menghasilkan akar wangi kering dengan kadar air 15%.
sumber : http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com
Demikian Sobat Tenun, sedikit tentang budidaya Akar Wangi.
Semoga bermanfaat... salam hangat dari Tim Omah Tenun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar